Mlipir ke Eropa (3): meeting di Lyon bonus jalan-jalan ke Paris (part 1)

Sejak akhir tahun 2012 saya resmi dilibatkan dalam sebuah project besar dimana pak bos menjadi salah satu pimpinannya. Penunjukannyapun begitu spontan dan semena-mena, ketemu di jalan dan tiba-tiba pak bos bilang, ok, kamu sekarang ikut d project ini ya. Sebentar lagi kamu dapet email dan masuk di milis project. Detailnya nanti kita diskusikan. Ternyata oh ternyata, saya satu2nya student yang ada d project ini. Yang lain semuanya postdoc, research scientist, dan beberapa orang prof. Challenge accepted! bisa atau tidak diurus nanti.

Setelah beberapa bulan bekerja di project ini tiba-tiba saya mendapat email tentang rencana meeting 6 bulanan, di Lyon! Antara iya dan tidak, saya ragu untuk menjawab. Senang tentunya tapi agak sedikit malas untuk membuat visa dan menyiapkan presentasi. Akhirnya (dengan paksaan pak bos) sayapun menyiapkan semua dokumen untuk visa dan presentasi. Selain meeting di Lyon, saya punya rencana lain untuk sekedar mampir ke Paris, yang kata orang-orang adalah the heart of Europe. Again, Pak bos menjadi ganteng dan baik hati ketika berurusan dengan masalah travelling untuk conference atau meeting dllnya. Tidak susah mendapat ijinnya untuk liburan ekstra beberapa hari.

Dari kampus kami berangkat naik taksi sekitar 4 orang, saya dan 3 orang teman postdocs. Di bandara kami terpisah karena penerbangannya berbeda, saya naik Lufthansa lewat Frankfurt kemudian lanjut ke Lyon, ketiga teman itu naik Turkish airlines dan transit di Istanbul. Sampai di bandara Lyon masih pagi, saya lanjut ke hotel naik taksi. The perk of working on a project, mau naik taksi atau kereta walaupun mahal tetap dibayarin J Walaupun belum waktunya check-in, untunglah saya diperbolehkan masuk hotel. Setelah istirahat cukup, saya menguhubungi seorang teman yang tinggal di Pearncis di bagian lain, yang akan mengenalkan saya dengan temannya yang tinggal di Lyon. Tidak berapa lama tiba-tiba telpon di kamar saya berbunyi, ternyata temannya teman itu langsung menghubungi, mau menjemput saya di hotel, dan mengajak jalan-jalan. Rejeki anak sholeh

Kamipun berjalan-jalan di sekitar Lyon, ke city center yang merupakan kota tuanya, mengunjungi salah satu tempat tertinggi di Lyon, sebuah kota yang dibangun di atas perbukitan, dengan menaiki kereta tua dengan rel yang menanjak curam. Hampir sama dengan kereta menuju bukit bendera di Penang, hanya saja kali ini hanya ada satu gerbong kereta. Setelah puas berkeliling, kami kembali ke bawah dan mencari makan. Saya sangat menikmati sekali suasana santai di kota ini. Sore hari orang-orang sudah pulang dari pekerjaannya, kemudian makan atau sekedar nongkrong di café-café atau kedai kopi yang berjejer manis di sekitar city center, dengan udara yang tidak panas atau terlalu dingin saat itu.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali saya berangkat ke tempat meeting. Kebetulan ada seorang teman postdoc yang satu hotel sehingga kami bisa pergi bersama-sama, berjalan kaki. Sepanjang jalan banyak sekali yang diceritakan teman postdoc itu mengani Lyon karena sebelumnya dia tinggal selama bertahun-tahun disana. Orang hilir mudik dipagi hari, para pekerja menuju kantor, mahasiswa berangkat kuliah, dan yang paling banyak, nenek-nenek berjalan santai di pagi hari, menuntun anjingnya. Menurut teman saya itu, itulah salah satu kekurangan system disini. orang-orang tua hidup sendiri tanpa anak-anaknya, hanya ditemani anjing peliharaan mereka.

lyon4
Lorong-lorong kecil berbatu di kota tua Lyon

Meeting dimulai pagi sampai malam hari, lumayan intens. Tapi, yang saya suka jika bekerja dengan orang Perancis adalah banyaknya waktu coffee break! Selama meeting makanan disediakan oleh pihak hotel. Alhamdulillah, ada 2 orang teman muslim yang bisa Bahasa Perancis sehingga bisa menanyakan bahan apa saja yang digunakan, sayapun merasa aman untuk makan. Selama makan, meja kami terbagi dua kubu, French-speaking table dan non-french speaking table. Saya tentu saja ikut kubu yang kedua yang isinya mulai dari orang Belanda, Rusia, India, Libanon, Maroko, Vietnam, Bulgaria, dan Jerman. Obrolanpun hanya seputar Bahasa yang digunakan yang ternyata hampir mirip. Selesai meeting saya kembali ke hotel, dan memilih untuk tidur.

Meeting hari kedua berjalan seperti biasa. Selesai meeting kami pergi makan malam di sebuah restaurant mewah dan klasik di Lyon. Dengar-dengan Lyon adalah ibukotanya cuisine perancis yang terkenal itu. Tapi apalah gunanya bagi saya karena tidak terlalu banyak yang bisa dinikmati termasuk cake makanan pembuka yang bahannya rum yang terpaksa harus diganti dengan semangkuk besar sayuran dikasih olive oil saja! Makan malam selesai cukup larut sekitar pukul 11, sayapun akhirnya kembali ke hotel. Pak bos dan istrinya turun lebih awal meninggalkan saya dengan seorang kakek, seorang prof dari Paris. Sepanjang jalan kami mengobrol berbagai hal, mulai dari riset sampai kehidupan di Lyon dan Paris. Seru, walaupun saya baru pertama kali ketemu si kakek. Saya turun di stasiun terakhir, jalan menuju hotel, dan hampir tertabrak sebuah truk waktu menyebrang karena jalanan gelap. Untunglah pak supir walaupun bertubuh besar berwajah garang, hatinya baik, mempersilakan saya menyebrang duluan tanpa ada omelan apalagi cacian.

Besok paginya kami meeting lagi tapi tidak terlalu lama, dan selesai setelah lunch. Saya kemudian diajak pak bos dan istrinya untuk ke rumah bos besar. Berempat kami naik mobil pak bos besar, disupiri beliau. Kapan lagi disupirin direktur center, seorang prof terkenal di catalysis. Kami rencananya pergi ke village housenya pak bos besar yang jauh dari kota, tapi sebelumnya mampir ke apartemennya. Apartmen superkeren dengan pemandangan superwow. Bangunan di atas bukit, khas Eropa dengan bata berwarna merah, dengan pemandangan langsung Sungai Rheine yang besar mengalir dibawahnya. Sayang, bagian dalam apartemen kurang terawat karena tidak ada yang mengisi. Setelah itu kami pergi menjemput cucunya pak bos besar, seorang anak perempuan umur 8 tahunan yang sangat imut dan manis. Tiba-tiba para prof itu terlihat begitu normal ketika mereka bersama keluarganya.

Kurang lebih 30 menit dari pusat kota, dengan melewati jalan pedesaan dan rumah-rumah besar yang cantik, sampailah kami di village housenya pak bos besar. Rumah super besar, mewah, dilengkapi dengan kolam renang dan lapangan tenis, dikelilingi kebun gandum di halaman belakang, dan sebuah danau sebelum pintu masuk, saya tidak mau pulang! Rumah besar ini terdiri dari sebuah rumah tua dengan 20 kamar tidur, lengkap dengan benda-benda tua peninggalan leluhurnya pak bos besar, dan beberapa rumah yang baru dibangun- untuk keluarga anak2nya- yang terhubung ke rumah induk. Saya lebih tertarik untuk berkeliling di kebun gandum belakang, bukit-bukit hijau cantik, dengan kandang sapi di kejauhan… oh andai saja saya tidak usah menginap di hotel, saya cukup bahagia kalau bisa menginap disini 🙂

lyon3
Bukit-bukit kebun gandum dan kandang sapi di Countryside Lyon

Sore hari menjelang magrib kami diantar kembali ke kota oleh pak bos besar. Saya, pak bos, dan istrinya kemudian jalan berkeliling untuk mencari makan malam. Kebetulan hari itu ada sebuah perayaan yang saya lupa namanya, hanya saja ada pertunjukan music dimana-mana, di jalan, di pinggir sungai, baik yang dipanggung atau tidak, satu kota isinya orang bermain music. Kami terus berjalan menyusuri sungai yang penuh dengan orang yang hanya sekedar duduk-duduk santai atau naik kapal berkeliling sungai sambil menunggu matahari tenggelam. Setelah berjalan cukup jauh, kami kembali ke kota tuanya, dan duduk di sebuah restaurant. Tak jauh dari kami, satu grup band sedang perform dikerumuni banyak orang. Selama menunggu makanan, tiba-tiba pak bospun bernyanyi mengikuti alunan music dari grup band di depan. Bahagianya melihat pak bos menjadi normal 🙂

lyon2
Nongkrong di restaurant menghabiskan malam bersama pak bos dan istrinya 😀

Leave a comment